Senin, 02 September 2013

FF | My Life is for You | Chapter 1 | Park Ririn

KaChangMin is back . . . ^^
KaChang buat nama blog baru nih, soalnya KaChang nggak mungkin ngasi "Miracle" seperti nama blog KaChang sebelumnya. Lagian DJ Yesung juga lagi WaMil ^^
KaChang bikin FF nih >w<
Gegara KaChang belum pernah bikin FF ber-part, jadi KaChang lagi coba ^^
Cuma 12 chapter rencananya, sekarang masih dalam proses chapter 4
Soalnya otak KaChang lagi blank u,u
Oke, yang mau baca, kita lanjut
Yang enggak, baca juga artikel KaChang lain atau mampir ke blog lain ^^
Bisa juga buka blog KaChang yang satunya yang lebih berisi tentang KaChang
kaikaewook.blogspot.com
Enjoy the story, guys ^^

======================================================================



“Kau pembohong”
“Jika pekerjaanku adalah pilihanku, maka kamu adalah pilihan hatiku”
“Pembohong!”
“Aku tak peduli. Tapi aku sudah berjanji membuatmu bahagia –meski awalnya aku mendekatimu untuk memanfaatkanmu. Jika kau ingin aku mati sekarang, mempidanaku, menghukumku, mempenjaraku atau apapun itu, selama kau yang memintanya dan bahagia karenanya, aku siap. Hidupku ada di tanganmu, karena hidupku untukmu”
“Dasar sok keren”

Tittle : My Life is for You
Author : Park Ririn
Cast : Hwang Minhyun, Choi Minki, Baekho (lupa) –other cast belum dibuat
Genre : Romance, Crime

CHAPTER 1

“Jadi, partner-ku yang baru sudah menungguku?” tanya namja itu. Ia baru saja keluar dari pintu kedatangan bandara itu. Sambil celingukan mencari partner-nya, ia terus menelpon.
“Hanya dua orang? Kenapa harus dilakukan berdua?” tanyanya menutup telpon itu dengan nada kesal. Ya, Minhyun lebih suka melakukannya sendiri daripada berdua. Bisa saja partner-nya itu justru menghambat langkahnya.
Minhyun kembali mencari-cari partner-nya yang disebut-sebut sudah menunggunya di bandara itu. Sebelum sebuah tengan mendarat di bahunya, Minhyun sudah berbalik dan melihat seorang namja yang ingin menepuk bahunya itu berdiri di hadapannya.
“Annyeong” sapa namja itu padanya. Ia mengembalikan posisi tangannya yang masih terangkat ketika ingin menepuk bahu partner-nya itu.
Minhyun memperhatikan namja itu. Dia lebih pendek dan terlihat polos. Badannya kecil dan rambutnya hitam. Dan dia mengenakan seragam SMA. “Anak baru yang sering dibicarakan itu, ya?”
Namja itu tersentak. “Sering dibicarakan? Aku seterkenal itu?” tanyanya senang.
“Ya, karena kau membunuh partner-mu sendiri. Aku partner-mu yang ke-6, –kurasa?” balas Minhyun menatap namja itu dengan senyum. Dia mengingat sesuatu, dari masa lalunya. “Kau benar-benar masih murid SMA?”
Namja itu mengangguk dan sedikit menceritakan riwayat hidupnya. Ayahnya orang organisasi itu, dan dia mengikuti jejak ayahnya karena ayahnya mati ditangan partner-nya sendiri. Karena itu dia juga membunuh partner-nya. Karena tugasnya selalu berhasil, bos organisasi itu tak begitu mempedulikannya. Saat ini dia sudah tahun ketiga di SMA.
“Begitu? Bukannya sebentar lagi kau ujian?” tanya Minhyun mengingat ini sudah semester dan tanggal keberapa. Ntahlah, Minhyun merasakan kesan yang berbeda dari anak itu. Mungkin ia merasa, ada dirinya di sana. Jadi dia tak terlalu membenci anak itu.
“Ya, karena itu kau beruntung sunbae. Kau bisa mengerjakan tugasmu sendiri, kau tidak perlu bilang pada bos. Aku harus kembali ke kelas sekarang, ini kunci mobilnya. Aku pergi dulu”
Mendengar pernyataan itu Minhyun tersenyum. Ternyata anak ini sengaja menjemputnya agar bisa mengatakan hal itu. ‘Hey, aku menyukai anak ini’, pikir Minhyun sambil tersenyum. Ia melirik kunci itu lalu pergi menuju mobilnya.


Minhyun memasuki gerbang apartemen tempat tinggalnya. Apartemen itu sudah lama tak dimasukinya, dulu ia menjalani hidup di dalamnya selama 6 tahun hingga pindah ke Amerika. Dia baru pulang setelah sekian lama.
Dia terkenal sebagai seorang waiter yang ramah di restoran tempat pekerjaan palsunya. Dia juga populer di lingkungan apartemennya, sehingga orang-orang yang mengenalinya menyapanya.
Baru saja ia menaiki lift menuju kamarnya, ia terkejut melihat seseorang dalam lift itu yang membawa banyak tumpukan kardus di tangannya. Kenapa untuk sementara dia tidak meletakkan saja bawaannya di lantai? Berusaha tidak memperdulikan orang itu, Minhyun memalingkan wajahnya dan berdiri sejauh mungkin dari orang itu.
Lift berhenti dan pintu terbuka, orang di sebelahnya melangkah keluar dengan membawa kardus-kardusnya tertatih-tatih. Belum lagi jauh orang itu melangkah, belum lagi pintu lift itu kembali tertutup sepenuhnya, terlihat oleh Minhyun –yang memang sejak tadi memperhatikan- orang itu tersandung dan terjatuh. Terdengar bunyi pecahan dari dalam kardusnya dan sedikit jeritan dari orang itu –yang ternyata seorang yeoja.
Minhyun khawatir, ia keluar dari lift dan membantu orang itu. Mungkin saja ia satu-satu orang di sana yang dapat membantunya.
“Gwenchanaseyo?” tanya Minhyun cemas melihat orang itu.
“Gwenchana? Apa kau tidak lihat wine-ku tumpah semua?” sahut yeoja itu kesal. Dan “Eotteokhae?” gumam yeoja itu panik.
Minhyun kembali berdiri menyadari tak ada yang perlu dikhawatirkannya dan mulai melangkah meninggalkan yeoja itu sendiri.
“Chogiyo! Dangshin! Eodiga? Kau harus membantuku!” seru yeoja itu tiba-tiba.
Minhyun berhenti menyadari orang yang baru saja ditinggalnya berbicara padanya. “Naega? Naega wae?” tanya Minhyun tak mengerti.
“Karena ini salahmu!”
“Salahku?” Minhyun meninggikan suaranya.
“Tentu saja! Kau yang bertanggung jawab! Saat kau melihat seorang yeoja kesulitan membawa barang bawaannya, seharusnya namja dengan sigap langsung membantunya! Tapi kau tidak melakukannya, jadi ini salahmu!” seru yeoja itu. Ia berdiri sekarang.
“Yang benar saja! Memangnya apa yang bisa kau lakukan! Panggil saja orang untuk membersihkannya!”
“Yak! Wine-wine ini sangat berharga bagiku!”
Yak~??” ulang Minhyun tak percaya. Huh, dia bisa saja menodongkan pistol pada yeoja itu sekarang, tapi . . “Ibwayo, agasshi. Kejadian ini tidak ada hubungannya denganku, tapi aku dengan berbaik hati membelikanmu wine yang baru dan kau harus melupakan semuanya”
“Aniyo! Bukan itu yang kuinginkan dari wine-wine ini! Ini untuk kepentingan forensik!”
“Forensik? Kau? Orang ceroboh sepertimu?” ledek Minhyun tak percaya.
“Yaakk!! Huh!” yeoja itu mendengus kesal. Ia kembali berjongkok dan memungut pecahan botol itu satu per satu. Minhyun menatapnya. Memperhatikan wajah cantik yeoja itu, membuatnya bergerak mendekatinya untuk membatunya. Dia ikut memungut pecahan botol itu dengan sapu tangan agar sidik jarinya tak bercampur. Tapi matanya mengarah pada yeoja itu sekarang.
‘Jadi yeoja ini polisi bagian forensik? Atau apa? Kenapa orang seperti ini bisa jadi polisi? Dia terlalu ceroboh untuk menjadi polisi, dia tidak menggunakan sarung tangan untuk pecahan ini. Dasar bod...’ “Akh!” Minhyun tersentak mendengar jeritan yeoja itu yang tiba-tiba begitu melihat darah segar mengalir di jari-jari panjang Minhyun.
Minhyun hanya membiarkannya seolah luka itu tak ada di situ. Ia hanya mengibaskan tangannya hingga darahnya menyiprat ke lantai. “Apa yang kau lakukan! Tanganmu terluka! Harus segera diobati!”
Yeoja itu menarika tangan Minhyun yang terluka cukup dalam. Tapi toh, Minhyun tak acuh saja. “Appo, eo?”
“Aniyo” jawab Minhyun cuek. Luka sekecil itu sih, sudah biasa baginya. Ia menarik tangannya kembali dan melanjutkan pemungutan botolnya setelah menyobek sapu tangannya membalut luka itu agar pendaharahannya berhenrti.
“Ini bisa infeksi!” Yeoja itu cepat-cepat memungut pecahannya, membawa kardus2 yang kini sudah tidak berat itu lagi dengan satu tangan dan tangan lainnya menarik Minhyun berdiri.

Minhyun tengah duduk di kursi ruang tamu yeoja itu sekarang, menunggu yeoja itu selesai mengobati luka pada jarinya. Bosan menunggu, Minhyun melemparkan pandangan ke rumah itu. Ini bukan yang pertama kalinya ia berurusan dengan polisi, tapi ini kali pertama ia masuk ke rumah seorang polisi. Yeoja pula.
Ia tak menyangka, rumah polisi ternyata lebih normal dari yang dibayangkannya. Bayangannya sih, rumah itu beda tipis saja dengan kantor polisi dengan penjara kecil di sudutnya.
“Selesai!” seru yeoja itu. Minhyun agak terkejut dan menatap jarinya.
“A . . Apa ini?” tanyanya melihat gulungan perban menempel asal pada tangannya. Mungkinkah itu jarinya tadi? Tidak pernah ia melihat perban sejelek ini sejauh ia terluka.
Minhyun mengangkat kepalanya. Dan tidak menemukan yeoja itu lagi. “Kemana dia?” Minhyun berdiri dan mulai menggerakkan tangannya lalu mengitari ruangan. Baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar teriakan dari arah yang kemungkinan besar dapur.
“Jangan beranjak pergi! Jangan mengitari rumahku! Duduk di sana selagi aku membuat minuman!!”
Minhyun dengan rasa takut, kembali duduk di tempatnya semula. Kenapa dia takut? Minhyun selalu berhasil mengetahui setiap sesuatu yang mengejutkannya. Misalnya saja saat partner-nya tadi ingin menepuk pundaknya, ia bisa merasakan kehadirannya. Tapi yeoja ini berhasil membuatnya dikejutkan berkali-kali.
Minhyun kembali terkejut melihat segelas susu dan segelas kopi di depan mejanya. Kenapa ia tidak bisa merasakan hawa yeoja itu? Ketika Minhyun berpikir kopi itu miliknya, tangan yeoja itu sudah lebih dulu menyambar susu dan menyodorkannya pada Minhyun.
“Mwo? Untukku?” tanyanya tak percaya.
“Eum!” sahut yeoja itu dengan anggukan.
“Ha? Ha, ha.. haha..” Minhyun tidak mau adu argumen lagi dengan yeoja itu dan langsung menerima susu itu dan meneguknya secepat mungkin agar bisa segera pulang. Ia meletakkan gelas kosong itu dan berdiri. “Gomaptda, untuk . . ini” kata Minhyun mengangkat jarinya yang kini kaku. “Aku pulang dulu” Lalu ia tersenyum dan bergerak ke arah pintu.
Tak disangkanya juga bahwa yeoja itu mengantarnya sampai depan pintu. Yeoja itu? Kenapa terus memanggilnya dengan yeoja itu? Benar juga, dia kan polisi. Tidak boleh sampai berhubungan dengannya. Kecuali . . Kecuali justru keadaan itu bisa berbalik di manfaatkannya untuk mendapat informasi lebih dari kepolisian? Mungkinkah?
“Kau pulang sekarang?” tanya yeoja itu. Ada semburat kekecewaan dari suaranya.
“Eum. Tapi, sebelum pulang, boleh aku tau siapa nama penyembuh . . jariku ini?” Minhyun masih tidak bisa melupakan betapa jelek jari itu jadinya. Telunjuk kiri kesukannya untuk menarik pelatuk. Kecewa, oh kecewa.
“Namaku? Apa kita sedang berkenalan? Apa bukannya kau yang terlebih dahulu mengulurkan tangan dan menyebutkan nama?”
“Naega wae?” tanya Minhyun lagi. Ia menautkan alisnya.
“Bukannya itu tugas namja?”
Kenapa sih, yeoja ini sejak tadi. Kebanyakan nonton drama, polisi ceroboh, dan memberi susu sementara dirinya sendiri minum kopi. Huh. Minhyun menjulurkan tangannya, mencoba tersenyum. “Hwang Minhyun imnida” katanya mencoba bersikap halus.
Yeoja itu menjabat tangannya. “Choi Minki imnida”
“Oh, Minki-ssi? Aah . . Aku akan pulang sekarang. Gomaptda, atas segalanya”


“Berhubungan dengan polisi? Ide gila macam apa itu?” tanya Baekho sambil tertawa. Suara tawa itu begitu keras, bahkan tanpa me-loud speakernya pun Minhyun sudah jelas mendengarnya dari telepon.
“Tidak buruk. Dia mirip boneka porselen yang cantik. Dia juga ceroboh dan itu bagian termudahnya” balas Minhyun sambil mengambil pistol yang akan digunakannya malam ini.
“Lalu? Siapa target-mu kali ini?”
“Presdir sebuah perusahaan kereta api, ajumma yang sudah bercerai”
“Oh, kudengar dia korup”
“Berarti aku bukan orang yang terlalu jahat, kan?” Minhyun tertawa pelan.
“Dan satu orang lagi? Partner-mu?”
“Satunya kubereskan besok, partner-ku masih SMA, dia harus belajar untuk kelulusannya”
Minhyun lalu menutup teleponnya. Pistol mungil itu kini berada di balik saku pinggangnya yang tertutp pakaiannya dan sebuah tas berisi perlengkapan kejahatan tak tampaknya yang membuat kejahatannya selalu tanpa bekas dan sempurna. Minhyun berjalan menuju pintu dan membukanya agar dapat melangkah keluar untuk langsung menuju rumah buruannya.
“Annyeong”
“WOAAAA!!” Minhyun jatuh kebalakang karena kaget dan terduduk menelusuri wajah seseorang berada di depan pintu rumahnya itu. Choi Minki? Apa yang ia lakukan di sini?
“Aku dengar pembicaraanmu, mau kemana?”
Mati, aku –


End of Chapter 1


===============================================================


Gimana? Ngerti gak ceritanya? KaChang juga nggak ngerti --"
Soalnya otak KaChang bener2 blank, tapi karena ide cerita dah ada
Maksa2 bikin, dan hasilnya yah.......
KaChang masih pemula, jadi jangan ketawa kalau rasanya aneh ^^
Apalagi chapter 2, lebih parah gaje-nya u,u
Bye, jumpa lagi di chapter selanjutnya!! >w<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar